Skip to main content

Kade’ Munuh Ular Ka’ Babah Urat, Ular Mati Akar Nana’ Putus



Setiap daerah memiliki budayanya yang khas dan unik. Dalam setiap budaya biasanya dikenal ungkapan-ungkapan dalam bahasa daerah yang berisikan kearifan lokal masyarakat. Setiap daerah tentulah memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi sebab latar belakang, keadaan alam, dan kehidupan sosial masyarakat berbeda-beda pula. Ungkapan-ungkapan ini khas dan unik karena merupakan refleksi masyarakat atas kehidupan nyata yang mereka alami sehari-hari.

Dalam tulisan ini penulis mau mempaparkan sebuah ungkapan yang berisi kearifan lokal masyarakat dari daerah di mana penulis berasal. Ungkapan tersebut ialah sebagai berikut: “kade’ munuh ular ka’ babah urat, ular mati akar nana’ putus”. Ungkapan ini dituturkan dalam bahasa Ahe, yaitu bahasa yang dipakai sub-suku Dayak Kanayatn. Apabila diterjemahkan secara bebas ungkapan ini dapat berarti sebagai berikut: kalau membunuh ular di bawah urat kayu, biarlah ularnya mati tetapi akarnya tidak putus.

Kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak Kanayatn sangat dekat dengan alam. Terlebih untuk masyarakat pada zaman dahulu yang masih tradisional. Masyarakat terbiasa masuk-keluar hutan untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Situasi di hutan seringkali berbahaya karena manusia dapat dengan mudah bertemu berbagai binatang buas. Salah satu binatang tersebut ialah ular. Dalam kehidupan masyarakat Dayak Kanayatn adalah hal yang biasa bila membunuh binatang ular. Daging binatang tersebut juga biasa bila dijadikan bahan makanan untuk dikonsumsi. Lalu, di dalam hutan juga kerap dijumpai pohon-pohon dengan ukuran yang sangat tinggi dan besar. Pohon semacam ini biasanya mempunyai akar dengan ukuran cukup besar yang keluar hingga di atas tanah. Binatang ular biasanya akan masuk ke bawah akar pohon semacam ini untuk melindungi diri.

Ungkapan “kade’ munuh ular ka’ babah urat, ular mati akar nana’ putus” mengandung makna dan nasihat untuk masyarakat. Maknanya yaitu, jika sedang menghadapi masalah, kita dinasihati supaya bertindak secara bijak. Tujuannya, jangan sampai karena mau menyelesaikan suatu masalah, lalu malahan membuat masalah yang baru. Ungkapan ini biasanya diungkapkan dalam konteks menghadapi kasus yang berkaitan dengan hukum adat. Dalam hukum adat Dayak, tujuan dari sanksi hukuman ialah pertama-tama untuk mengembalikan kembali keharmonisan hidup setelah terjadi masalah atau pelanggaran. Bukan untuk menuntut ganti rugi, pembalasan, atau pemerasan terhadap pihak yang bersalah. Sebagaimana tindakan masyarakat yang paham akan pentingnya akar bagi pohon, sehingga berusaha menjaga supaya akar pohon tidak terpotong, masyarakat juga dinasihati untuk menyelesaikan masalah secara bijak tanpa harus melukai atau menghancurkan orang lain.

Comments

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Belajar dari Kegagalan Petrus dan Para Murid

Di tepi Danau Galilea, Yesus memanggil Simon untuk mengikuti-Nya. Ia akan dijadikan penjala manusia (Mrk. 1:16-20). Simon kemudian diberi nama Kefas atau Petrus yang berarti batu wadas atau batu karang (Mrk. 3:16). Nama tersebut sebagai tanda bahwa dialah ketua para rasul dan landasan Gereja yang akan didirikan oleh Kristus (Mrk. 8:29). Petrus adalah ketua sekaligus juru bicara para murid dalam peristiwa-peristiwa penting. Dia juga orang yang pertama kali menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, yakni Kristus (Mrk. 8:29). Petrus ikut menyaksikan peristiwa transfigurasi atau pemuliaan Yesus (Mrk. 9:2-3). Namun, peristiwa penyangkalan terhadap Yesus sampai tiga kali ketika Yesus diadili merupakan pengalaman yang sangat memalukan. Pengalaman ini menumbuhkan penyesalan yang amat pahit baginya (Mrk. 14:72). Pengalaman memalukan itu diceritakan oleh Petrus kepada Markus (penginjil) bukan tanpa tujuan. Di balik penyangkalan tersebut, ada sesuatu yang ingin disampaikan Petrus kepada kita. Tidak

Katekese: Sejarah Bulan Kitab Suci Nasional

Kini kita telah memasuki bulan September. Pada bulan ini Gereja Katolik Indonesia secara khusus menaruh perhatian pada Kitab Suci. Bagi kita, bulan September adalah Bulan Kitab Suci Nasional. Di setiap keuskupan di Indonesia dilakukan berbagai kegiatan untuk mengisi bulan ini, mulai di stasi/lingkungan, wilayah, paroki, biara, maupun di kelompok-kelompok kategorial. Misalnya, lomba baca Kitab Suci, pendalaman Kitab Suci di lingkungan, pameran buku, dan sebagainya. Perayaan Ekaristi berlangsung secara meriah, diadakan perarakan khusus untuk Kitab Suci, dan Kitab Suci ditempatkan di tempat yang istimewa. Sejak kapan tradisi Bulan Kitab Suci Nasional ini berawal? Untuk apa?  Untuk mengetahui latar belakang diadakannya Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) ini kita perlu menengok kembali Konsili Vatikan II. Salah satu dokumen yang dihasilkan oleh Konsili Vatikan II yang berbicara mengenai Kitab Suci adalah Dei Verbum (Sabda Allah). Dalam Dei Verbum para bapa Konsili menganjurkan agar jalan masu

Vocation Story

Saya memakai pakaian alba di masa SMA. Masa akhir SMA memang menjadi masa di mana kita akan membuat sebuah keputusan yang besar untuk hidup kita bertahun-tahun berikutnya. Di akhir SMA kita diberi pilihan untuk melanjutkan pendidikan tinggi yang kira-kira akan menjadi gambaran profesi kita kelak. Saya menjalani pendidikan SMA di sebuah seminari menengah. Sekolah seminari yang tentu tidak asing bagi kita, karena namanya yang mashyur sebagai seminari menengah tertua di tanah Kalimantan. Sebetulnya saya pun tidak menyangka, bahwa setelah menamatkan seminari menengah, melanjutkan studi di seminari tinggi Kapusin adalah pilihan saya diantara sekian banyak tawaran setelah menamatkan SMA. Awalnya hanyalah olok-olok. Ketika akan diadakan pengukuhan Uskup Agung Pontianak yang baru, para siswa seminari diijinkan untuk menghadiri acara tersebut. Namun dengan beberapa syarat: Pertama, berangkat dengan biaya sendiri. Kedua, yang boleh berangkat ialah mereka yang akan melanjutkan ke seminari ting