Hidup adalah pilihan. Setiap saat manusia dihadapkan pada pilihan, bahkan tidak memilih juga merupakan suatu pilihan. Pilihan-pilihan itu dapat berupa soal remeh dan sederhana, tetapi juga dapat berupa pilihan yang rumit dan paling menentukan. Manusia dalam dirinya mempunyai kebebasan untuk membuat keputusan atas pilihan-pilihan tersebut. Seringkali tidak manusia sadari, pilihan-pilihan yang telah dibuatnya ternyata memberikan pengaruh yang signifikan bagi hidup. Pilihan-pilihan yang seseorang buat setiap harinya mencerminkan pilihan dasarnya, pilihan dirinya hendak menjadi manusia yang bagaimana. Lewat pilihan-pilihan itu, manusia dapat memberikan arah dan tujuan bagi hidupnya.
Pada zaman dewasa ini manusia kerapkali berhadapan dengan masalah-masalah kehidupan berkaitan dengan problematika sosial modern. Di saat itulah manusia ditantang untuk tetap mencintai Allah atau mau mendewakan barang-barang duniawi. Untuk menghadapi perkembangan lingkungan hidupnya, manusia seharusnya tetap berpegang pada pilihan dasarnya, yang selalu mendorongnya untuk berbakti kepada Tuhan.
[1] William Chang, Pengantar Teologi Moral (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hlm. 73.
[2] William Chang, Pengantar …, hlm. 74.
[3] Largus Nadeak, Topik-topik Teologi Moral Fundamental (Medan: Bina Media, 2015), hlm. 46.
[4] Bernard Häring, Free and Faithful in Christ, Volume 1 (Middlegreen: St Paul Publications, 1978), hlm. 181.
[5] William Chang, Pengantar …, hlm. 75.
[6] William Chang, Pengantar …, hlm. 73.
This is not the game world, there is no logout button. |
Untuk menentukan arah hidup itu, sangatlah penting peran suatu pilihan yang disebut opsi fundamental. Istilah opsi fundamental digunakan untuk menunjuk pada pilihan dasar atau sikap dasar manusia. Opsi fundamental ini dimaksudkan sebagai arah kehidupan atau suatu keputusan khusus dan penting yang menentukan sikap dasar moral dan religius seseorang terhadap yang baik dan yang jahat. Istilah ini juga dipakai oleh para teolog untuk melukiskan perwujudan kebebasan dalam proses menjadi manusia. Opsi ini menggambarkan hidup moral manusia sebagai proses berkesinambungan dengan arah moral tertentu.[1]
Ada dua pilihan dalam diri manusia yaitu pilihan dasar atau pilihan fundamental dan pilihan partikular. Menurut ajaran Agustinus dari Hippo dan khususnya Thomas Aquinas, manusia telah melakukan begitu banyak pilihan partikular berupa tingkah laku dan perbuatan. Kedua pilihan ini sering dijalankan oleh manusia. Menurut teori ini, sejumlah pilihan dianggap lebih dari yang lain, misalnya pilihan atas panggilan hidup. Pilihan lebih dasariah ini akan mempengaruhi dan menuntun pilihan-pilihan lain dalam kehidupan seseorang. Dalam proses untuk mengeksplisitkan pilihan dasar, pilihan partikular dibutuhkan sebagai pendukung dan bukan sebaliknya melemahkan pilihan dasar itu. Melalui pilihan dasarnya manusia dapat memberikan arah pada hidupnya yaitu mengikuti panggilan Allah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa opsi fundamental merupakan suatu putusan dasar yang menuntun manusia pada tujuan hidupnya yaitu memperoleh hidup yang kekal. Pada akhirnya, hanya terdapat dua jenis opsi fundamental di hadapan manusia, yaitu mencintai Tuhan atau mencintai ciptaan lain (bukan Tuhan), yaitu diri sendiri.[2]
Pilihan dasar atau pilihan fundamental berhubungan dan saling mempengaruhi terhadap pilihan partikular. Pilihan partikular adalah beragam pilihan-pilihan kecil yang kita lakukan dalam hidup. Pilihan partikular begitu sering dilakukan. Bagaimana penghayatan terhadap opsi fundamental berpengaruh pada pilihan partikular seseorang. Demikian pula pilihan partikular seseorang mempengaruhi pilihan fundamentalnya. Misalnya ada seorang frater yang mempunyai pilihan fundamental menjadi calon imam yang baik. Pilihan fundamental ini mempengaruhi pilihan partikularnya. Pilihan menjadi imam yang baik kelak memengaruhi cara ia bertindak, berelasi, dan memanfaatkan waktu. Misalnya, frater ini akan memilih banyak membaca Kitab Suci dan bacaan rohani daripada membaca novel picisan; lebih menggeluti kuliah filsafat dan teologi daripada mempelajari teori olahraga; mengisi waktu secara proporsional untuk berdoa dan belajar daripada hanya belajar terus menerus. Sebaliknya, jikalau frater ini pilihan partikularnya adalah terus belajar tanpa berdoa, keasikan membaca novel romantis sehingga lupa membaca buku rohani, atau terlalu banyak berolahraga sehingga kelelahan untuk belajar filsafat dan teologi, opsi fundamentalnya pelan-pelan bisa menjadi kabur dan kemudian bisa mati.[3]
Unsur kebebasan sangatlah penting dalam mengambil keputusan untuk memilih. Kebebasan mendorong seseorang untuk membuat pilihan yang sesuai dengan hati nuraninya, tanpa didalamnya ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Pilihan yang didasari oleh kebebasan yang benar akan mendorong seseorang untuk berbuat dan bertanggung jawab sesuai dengan keputusan yang sudah dipilihnya. Kebebasan bukan hanya tergantung dari apa yang berada diluar diri manusia namun juga menyangkut diri yang terdalam sebab kebebasan merupakan kemampuan untuk menentukan diri sendiri.
Sebagai suatu realisasi dari kebebasan dasar, pilihan dasar dapat dianggap hanya dalam kesatuan yang tak terpisahkan dengan pengetahuan yang mendalam tentang kebaikan. Pengetahuan mendasar dan kebebasan mendasar ialah saling berhubungan. Ketika seseorang telah mencapai identitasnya dan membuat suatu komitmen diri yang total kepada kebaikan dan selanjutnya kepada Allah, demikianlah diperoleh suatu jalan baru mengetahui yang baik dan mengenal Allah.[4]
Pembentukan opsi fundamental terjadi sejak seseorang dilahirkan dan sifatnya ialah dinamis bukan statis. Opsi fundamental bukanlah akhir dari segala-galanya, sebab opsi ini masih dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kondisi setiap orang. Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa adanya suatu proses kehidupan yang lambat laun berubah, dan perubahan itu selalu menuju pada suatu yang bersifat positif. Jika pilihan mendasar kita pada Allah.[5] Konsep opsi fundamental mau menjelaskan bahwa kehidupan moral dalam diri manusia merupakan suatu proses yang berkelanjutan, bukan hanya suatu rangkaian tindakan-tindakan yang tidak berkaitan. Tindakan manusia mesti dipandang dalam hubungan utuh dan menyeluruh dengan pribadinya. Tindakan manusiawi merupakan ungkapan yang akan memodifikasi, memperkuat atau memperlemah opsi fundamental seseorang. Baik atau buruknya tindakan manusiawi harus dipandang secara menyeluruh dalam hubungan dengan opsi itu. Opsi ini berperan penting sebab pilihan-pilihan dalam tindakan bermula dari dan bergantung banyak pada opsi ini. Maka penilaian moral terpaut erat dengan opsi fundamental sebagai kriteria umum tindakan manusia.[6]
Prinsip opsi fundamental adalah kebebasan manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti Allah. Dengan prinsip ini kita menentukan pilihan dan membentuk arah serta karakter moral kita. Kebebasan itu dihadapkan pada pilihan sejati yang menuntut keradikalan dan kepatuhan akal budi atas panggilan Allah. Kebebasan manusia merupakan anugerah dari Allah dan sebagai tanda mulia dari Allah. Opsi fundamental yang terarah kepada Allah dan kebaikan merupakan jawaban kita terhadap Allah. Di sinilah kita dituntut agar tidak mempergunakan kebebasan yang kita miliki sebagai kesempatan untuk hidup di dalam dosa melainkan setia kepada Allah dan mencintai sesama. Opsi fundamental diwujudnyatakan dalam perilaku baik yang terarah kepada keputusan demi kebaikan dan demi Allah. Patut kita ingat bahwa pilihan partikular yang kita lakukan senantiasa menampilkan pilihan fundamental kita, demikian pun pilihan partikular yang kita lakukan turut membentuk pilihan fundamental tersebut.
Pada zaman dewasa ini manusia kerapkali berhadapan dengan masalah-masalah kehidupan berkaitan dengan problematika sosial modern. Di saat itulah manusia ditantang untuk tetap mencintai Allah atau mau mendewakan barang-barang duniawi. Untuk menghadapi perkembangan lingkungan hidupnya, manusia seharusnya tetap berpegang pada pilihan dasarnya, yang selalu mendorongnya untuk berbakti kepada Tuhan.
Pada akhirnya, kepada manusia telah diberi kebebasan sebagai hakikat eksistensinya. Orang yang bertindak baik memakai kebebasan ini untuk mencintai Tuhan dan mencintai-Nya dalam diri sesama. Akan tetapi, kebebasan ini bisa juga dipakai manusia untuk tidak mengarah pada Tuhan. Setiap tindakannya membuatnya jauh dari Tuhan dan mengarah pada dosa. Cintanya tidak lagi mengarah pada Tuhan tetapi pada diri sendiri. Dengan demikian, opsi fundamental yang dimilikinya semakin diperlemah dan akhirnya berubah dan ia hidup dalam dosa.
[1] William Chang, Pengantar Teologi Moral (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hlm. 73.
[2] William Chang, Pengantar …, hlm. 74.
[3] Largus Nadeak, Topik-topik Teologi Moral Fundamental (Medan: Bina Media, 2015), hlm. 46.
[4] Bernard Häring, Free and Faithful in Christ, Volume 1 (Middlegreen: St Paul Publications, 1978), hlm. 181.
[5] William Chang, Pengantar …, hlm. 75.
[6] William Chang, Pengantar …, hlm. 73.
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny