Skip to main content

Dosa Manusia dan Virus Komputer: Sebuah Analogi


Masa prapasakah dimulai dengan perayaan Rabu Abu. Masa prapaskah juga sering disebut masa pertobatan. Sebagai bentuk pertobatan, saya mengawali masa prapaskah ini dengan melakukan pengakuan dosa.
Sejujurnya saya bukanlah umat beriman yang sering menerima sakramen pengakuan dosa. Saya biasanya mengaku dosa ketika mengawali dua peristiwa besar dalam Gereja Katolik. Pertama, Paskah, yang diawali dengan masa Prapaskah. Kedua, Natal, yang diawali dengan masa Adven. Dengan demikian, barangkali dalam setahun saya biasanya mengaku dosa hanyalah tiga kali. Selain sebelum Natal dan Paskah, saya juga melakukannya ketika retret sebelum pembaruan kaul. Dalam arti tertentu, saya melakukan pengakuan dosa ketika sedang ada “pengakuan dosa massal” saja.


Tahun ini saya melewatkan pengakuan dosa yang dibuat pada masa Adven. Latar belakangnya, saat itu retret masa Adven kami dilakukan secara mendadak, dan ketika waktunya pengakuan dosa ada ramai sekali saudara. Saya lebih memilih mengalah dan akan mengakukan dosa pada lain kesempatan saja.

Ketika pengakuan dosa di hari Rabu Abu kemarin, saya mengalami saya mendapatkan nasihat menarik dari imam. Ketika saya mengungkapkan kepada imam bahwa pengakuan saya yang terakhir ialah setahun yang lalu. Beliau terkejut dan memberi nasihat yang menganalogikan dosa dengan virus komputer.
Terinspirasi pengalaman itu, saya mau membagikan refleksi saya tentang dosa yang didasari dengan premis tersebut. Semoga bisa membantu kita menemukan persepktif baru tentang sakramen pengakuan dosa.



Dosa manusia itu ibaratkan virus komputer. Komputer yang kita pakai terus-menerus niscaya suatu saat akan terinfeksi virus. Virus itu bisa kita dapat dari mana saja. Dari interaksi wireless dengan perangkat lain, dari flasdisk teman yang sebelum-sebelumnya entah sudah cabut-colok di mana saja, juga dari program yang kita unduh dari situs-situs palsu di internet. Secara sederhana, virus komputer itu kita dapat dari interaksi dengan dunia luar.

Selain virus komputer, komputer kita juga berpotensi mengalami masalah dari dirinya sendiri. Setiap program dalam komputer biasanya selalu membuat file cache sementara untuk mendukungnya bekerja dengan lancar. Berkas-berkas sementara ini seringkali tidak terhapus dengan sendirinya dan menjadi residu bagi komputer kita. Dengan demikian, komputer kita menjadi melambat dan kerjanya tidak selancar sebelumnya dan menjadi kurang optimal.


Jika kita tidak sering-sering memindai (scan) virus dan membersihkan cache komputer kita, maka komputer kita akan menjadi melambat dan hal ini tentu menghambat kinerja kita sebagai penggunanya.

Dikaitkan dengan hidup beriman kita sebagai seorang katolik. Dosa yang kita perbuat itu ibaratkan virus komputer. Segala dosa yang kita perbuat itu menumpuk dan terus menumpuk sejalan dengan beragam kejahatan yang kita perbuat setiap hari. Setiap hari kita berjumpa dengan segala tantangan dan godaan yang dapat membuat diri kita berdosa. Kita seringkali lemah dan menyerah akan godaan dosa. Dalam kelemahan kita, iblis yang jahat masuk dan bersemayam dalam diri kita untuk mengarahkan kita kepada kejahatan.
Dalam kondisi keberdosaan, hidup kita menjadi terhambat. Relasi kita dengan Tuhan menjadi terganggu. Pekerjaan kita menjadi tidak bisa maksimal karena batin kita dihantui rasa bersalah terhadap Tuhan. Kesadaran akan keberdosaan membuat kita terbelenggu.

Sakramen pengakuan dosa itu ibaratkan sarana bagi kita untuk memindai dan menghapus virus-virus dosa yang sudah menumpuk dalam hidup kita. Para imam dengan kuasa untuk menghapus dosa ibaratkan program antivirus Smadav yang mampu menyingkirkan virus dosa kita dan menyembuhkan file-file yang terinfeksi. Dengan demikian, kita kembali dalam kondisi yang baik dan dapat bekerja dengan ringan tanpa beban.

Sama seperti program anvirus Smadav yang tidak selalu mampu menghapus semua virus pada komputer, sakramen pengakuan dosa juga tidak terlaksana dengan baik bila ada dosa-dosa yang kita sembunyikan dan tidak kita akukan. Nah, semakin kita menunda untuk mengaku dosa, dosa kita pun semakin menumpuk dan segera kita lupakan. Dosa yang terlalu banyak ditumpuk juga membuat diri kita malu dan enggan untuk mengakuinya di hadapan pastor. Belum lagi, sakramen pengakuan dosa tidak dengan sendirinya mengembalikan kerusakan akibat dosa yang kita lakukan. Mirip dengan file terinfeksi virus yang harus diperbaiki dengan program tersendiri, kerusakan atau siksaan dan hukuman atas dosa kita juga perlu dikembalikan dengan cara tersendiri yang disebut indulgensi.
Teman-teman yang baik, berbuat dosa adalah keniscayaan kita sebagai manusia lemah. Tapi, bukan berarti kita mesti terus melakukan kesalahan itu tanpa ada perjuangan untuk memperbaiki diri.
Jangan lupa, virus komputer itu ada banyak jenisnya. Ada virus trojan, worm, malware, script, dan lain sebagainya. Tiap jenis virus punya cara tersendiri untuk mengatasinya. Dosa juga ada banyak jenis dan bentuknya. Setelah mengaku dosa, mari kita berusaha mengatasinya dan memproteksi diri dengan antivirus terbaik: kembali kepada Allah yang Maharahim.

Pace e Bene

Comments

  1. Bagus sekali anaolginan. Sesuai dengan zaman kita. Baiklah semoga semakin mencintai seseorang tobat. Karena sakramen ini paling jarang diminati umat

    ReplyDelete
  2. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Belajar dari Kegagalan Petrus dan Para Murid

Di tepi Danau Galilea, Yesus memanggil Simon untuk mengikuti-Nya. Ia akan dijadikan penjala manusia (Mrk. 1:16-20). Simon kemudian diberi nama Kefas atau Petrus yang berarti batu wadas atau batu karang (Mrk. 3:16). Nama tersebut sebagai tanda bahwa dialah ketua para rasul dan landasan Gereja yang akan didirikan oleh Kristus (Mrk. 8:29). Petrus adalah ketua sekaligus juru bicara para murid dalam peristiwa-peristiwa penting. Dia juga orang yang pertama kali menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, yakni Kristus (Mrk. 8:29). Petrus ikut menyaksikan peristiwa transfigurasi atau pemuliaan Yesus (Mrk. 9:2-3). Namun, peristiwa penyangkalan terhadap Yesus sampai tiga kali ketika Yesus diadili merupakan pengalaman yang sangat memalukan. Pengalaman ini menumbuhkan penyesalan yang amat pahit baginya (Mrk. 14:72). Pengalaman memalukan itu diceritakan oleh Petrus kepada Markus (penginjil) bukan tanpa tujuan. Di balik penyangkalan tersebut, ada sesuatu yang ingin disampaikan Petrus kepada kita. Tidak

Katekese: Sejarah Bulan Kitab Suci Nasional

Kini kita telah memasuki bulan September. Pada bulan ini Gereja Katolik Indonesia secara khusus menaruh perhatian pada Kitab Suci. Bagi kita, bulan September adalah Bulan Kitab Suci Nasional. Di setiap keuskupan di Indonesia dilakukan berbagai kegiatan untuk mengisi bulan ini, mulai di stasi/lingkungan, wilayah, paroki, biara, maupun di kelompok-kelompok kategorial. Misalnya, lomba baca Kitab Suci, pendalaman Kitab Suci di lingkungan, pameran buku, dan sebagainya. Perayaan Ekaristi berlangsung secara meriah, diadakan perarakan khusus untuk Kitab Suci, dan Kitab Suci ditempatkan di tempat yang istimewa. Sejak kapan tradisi Bulan Kitab Suci Nasional ini berawal? Untuk apa?  Untuk mengetahui latar belakang diadakannya Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) ini kita perlu menengok kembali Konsili Vatikan II. Salah satu dokumen yang dihasilkan oleh Konsili Vatikan II yang berbicara mengenai Kitab Suci adalah Dei Verbum (Sabda Allah). Dalam Dei Verbum para bapa Konsili menganjurkan agar jalan masu

Vocation Story

Saya memakai pakaian alba di masa SMA. Masa akhir SMA memang menjadi masa di mana kita akan membuat sebuah keputusan yang besar untuk hidup kita bertahun-tahun berikutnya. Di akhir SMA kita diberi pilihan untuk melanjutkan pendidikan tinggi yang kira-kira akan menjadi gambaran profesi kita kelak. Saya menjalani pendidikan SMA di sebuah seminari menengah. Sekolah seminari yang tentu tidak asing bagi kita, karena namanya yang mashyur sebagai seminari menengah tertua di tanah Kalimantan. Sebetulnya saya pun tidak menyangka, bahwa setelah menamatkan seminari menengah, melanjutkan studi di seminari tinggi Kapusin adalah pilihan saya diantara sekian banyak tawaran setelah menamatkan SMA. Awalnya hanyalah olok-olok. Ketika akan diadakan pengukuhan Uskup Agung Pontianak yang baru, para siswa seminari diijinkan untuk menghadiri acara tersebut. Namun dengan beberapa syarat: Pertama, berangkat dengan biaya sendiri. Kedua, yang boleh berangkat ialah mereka yang akan melanjutkan ke seminari ting